Renungan Harian HKBP | 28 Juli 2024

Bapa Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus...

Shalom dan Selamat hari Minggu.

Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Namun sebelumnya, marilah kita berdoa!

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin.


Khotbah Epistel 

Ep. 2 Samuel 11 : 1 – 15

Dalam kisah ini, kita melihat bagaimana Daud, seorang raja yang telah diberkati oleh Tuhan, jatuh ke dalam dosa yang serius. Kisah ini dimulai dengan keputusan Daud untuk tidak pergi berperang bersama pasukannya. Daud mengutus Yoab dan pasukan Israel untuk berperang, sementara ia sendiri tinggal di Yerusalem (2 Samuel 11:1). Keputusan untuk tidak ikut berperang menempatkan Daud dalam situasi di mana ia menjadi bosan dan lebih rentan terhadap godaan. Dan itulah yang menjadi awal dari serangkaian peristiwa tragis yang mencerminkan bahaya dari ketidaksetiaan. 

Daud, yang seharusnya berada di medan perang, malah berjalan-jalan di atas istananya. Di sana, dia melihat Betsyeba, istri Uria, yang sedang mandi, ia terpesona oleh kecantikannya (2 Samuel 11:2). Sebagai raja, ia memiliki kekuasaan besar, tetapi ia menyalahgunakan kekuasaannya untuk memanggil Batsyeba dan berhubungan dengannya (2 Samuel 11:3-4). 

Ini menunjukkan bahwa dosa sering dimulai dari pikiran dan pandangan yang tidak terjaga. Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita lihat dan pikirkan, karena itu dapat mempengaruhi tindakan kita, bahkan sering membuat kita tidak fokus pada tugas dan tanggung jawab kita, hingga kita dapat menjadi lebih mudah tergoda oleh dosa.

Ketika Betsyeba kemudian hamil, Daud mencoba menutupi dosanya dengan memanggil Uria suami Batsyeba, dari medan perang dan mengatur agar Uria pulang ke rumahnya (2 Samuel 11:6-8). Daud berharap Uria akan tidur dengan istrinya dan mengira anak tersebut adalah anaknya. Namun, ketika rencana ini gagal karena kesetiaan Uria kepada rekan-rekan perangnya, Daud mengambil langkah yang lebih drastis: Dia merencanakan kematian Uria dengan mengirimnya ke garis depan pertempuran yang paling berbahaya, agar dia terbunuh (2 Samuel 11:14-15). 

Ini menunjukkan bahwa dosa sering kali menuntun kita untuk melakukan dosa lain untuk menutupi dosa pertama. Dosa tidak hanya merusak hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga memiliki konsekuensi yang merusak bagi diri kita dan orang lain.

Melalui nats ini ada beberapa hal yang hendak diingatkan kepada kita. Yang pertama, kita diingatkan bahaya dari ketidaksetiaan. Daud mengabaikan tanggung jawabnya sebagai raja dan pemimpin pasukannya. Ketika kita mengabaikan tanggung jawab kita, kita membuka diri terhadap godaan dan dosa. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk tetap setia dalam tugas dan panggilan kita agar kita tidak jatuh ke dalam godaagodaan.

Yang kedua, dosa selalu mengundang dosa. Ketika Daud berdosa dengan Betsyeba, dia berusaha menutupi dosanya dengan cara lain yang lebih besar. Ini menunjukkan bagaimana satu dosa dapat mengundang dosa lainnya jika kita tidak segera bertobat. Maka kita diperinghatkan agar ketika kita berdosa, betapa pentingnya untuk segera mengakui dan bertobat, bukannya mencoba menutupi atau memperbaiki dosa dengan cara yang salah.

Yang ketiga, melalui nats ini kita bisa melihat bagaimana Uria menunjukkan contoh kesetiaan yang luar biasa dengan menolak untuk menikmati kenyamanan rumahnya sementara rekan-rekannya berada di medan perang. Kesetiaan dan integritasnya kontras dengan ketidaksetiaan dan manipulasi Daud. Kita diajak untuk meneladani kesetiaan dan integritas Uria dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dan yang keempat, kita hendaknya senantiasa menyadari bahwa Tuhan melihat segalanya. 

Meskipun Daud berusaha menutupi dosanya, Tuhan melihat dan mengetahui segala sesuatu. Tidak ada yang bisa disembunyikan dariNya. Ini mengingatkan kita bahwa kita harus hidup dengan integritas, mengetahui bahwa Tuhan melihat segala tindakan dan motivasi kita.

Dan yang tidak kalah pentingnya, Tuhan selalu menunjukkan bahwa kasih dan kemurahanNya, jauh lebih besar dari murkanya. Meskipun Daud jatuh ke dalam dosa yang besar, kisah ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan untuk bertobat. Di bab berikutnya, Nabi Natan menegur Daud, dan Daud akhirnya mengakui dosanya dan bertobat (2 Samuel 12:1-13). Tuhan mengampuni Daud, meskipun ada konsekuensi yang harus ditanggung. 

Oleh karena itu, marilah kita belajar tentang bahaya dosa dan godaan, serta pentingnya menjaga pikiran dan tindakan kita. Kita diingatkan untuk selalu waspada dan menjalankan tanggung jawab kita dengan setia. Dan ketika kita jatuh ke dalam dosa, kita harus segera bertobat dan kembali kepada Tuhan, karena Dia adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan kita. Amin.


Khotbah Evangelium

Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu IX setelah Trinitatis tgl. 28 Juli 2024 hari ini, tertulis dalam :

Yohanes 6 : 1 – 15

1) Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias.

2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

3) Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.

4) Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

5) Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya, berkatalah Ia kepada Filipus: ”Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”

6) Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.

7) Jawab Filipus kepada-Nya: ”Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”

8) Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya :

9) ”Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”

10) Kata Yesus: ”Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

11) Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.

12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”

13) Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.

14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata : ”Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

15) Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.


Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,

Nats ini adalah salah satu mujizat terbesar yang dilakukan oleh Yesus selama pelayananNya di dunia ini, yaitu memberi makan lima ribu orang, hanya dengan lima roti dan dua ikan. Peristiwa ini, tidak hanya menunjukkan kuasa Yesus sebagai Anak Allah, tetapi juga mengajarkan banyak pelajaran berharga tentang iman, ketergantungan kepada Tuhan, dan berkat yang melimpah.

Saudara/i… kalau kita perhatikan latar belakang nats ini, ketika itu Yesus baru saja menyeberangi Danau Galilea, dan banyak orang mengikutiNya karena mereka telah melihat tanda-tanda penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Peristiwa tersebut terjadi di atas bukit dan dekat dengan hari raya Paskah. Ini menunjukkan bahwa Yesus sedang mempersiapkan sesuatu yang besar dan penuh makna. Karena sesuai dengan tradisi Yahudi, Paskah itu merupakan hari Raya besar, dimana orang-orang Yahudi akan berkumpul bersama keluarganya. Maka tidak heran, kalau orang banyak sekali yang berkumpul di sana. Dan ditengah lautan manusia yang diperkirakan ada 5000 orang itulah, Yesus menyampaikan pengajaranNya hingga hari gelap.

Melihat orang banyak itu, Yesus bertanya kepada Filipus, di mana mereka bisa membeli roti untuk memberi makan semua orang itu. Ini merupakan ujian bagi Filipus, untuk melihat bagaimana ia akan merespons situasi yang tampaknya mustahil. Yesus sendiri, sudah tahu apa yang akan Dia lakukan. Filipus menjawab bahwa 200 dinar pun tidak cukup untuk memberi makan mereka semua. Dari jawaban itu, Filipus menunjukkan keterbatasan manusia dalam melihat solusi hanya dari perspektif material dan logis.

Begitu juga dengan Andreas, saudara Simon Petrus, mengatakan bahwa ada seorang anak laki-laki yang membawa lima roti jelai dan dua ikan, tetapi ia meragukan apakah itu cukup untuk memberi makan orang banyak itu ?.

Saudara/i… melalui peristiwa ini, ada dua hal penting yang bisa kita lihat sekaligus menjadi pembelajaran buat kita. Yang pertama, Yesus menaruh prihatin dan concern yang besar terhadap orang-orang yang lapar. Ini sangat jelas dari respon Yesus kepada murid-muridNya, dengan mengatakan “tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan” (ay. 16). Yersus tidak mau membiarkan orang pergi hanya dengan jiwa yang kenyang, tetapi dengan perut yang lapar.

“Kamu harus memberi mereka makan”, artinya jangan hanya berprihatin, tapi bertindaklah, jangan tinggal diam. Artinya, Yesus menuntut tindakan nyata.

Saudara/i… ini juga peringatan untuk kita sebagai Gereja disaat ini. Karena kita tahu, bahwa dunia yang tengah kita diami ini adalah dunia yang lapar, lapar secara rohani juga jasmani. Kita hidup ditengah-tengah orang-orang miskin, orang yang putus asa, yang kehilangan harapan. Karena itu, kita sebagai gereja harus bertindak secara nyata untuk menolong yang miskin, mencerdaskan yang bodoh, mengobati yang sakit, dan sebagainya.

Namun kesulitan seperti yang dialami para murid pun, segera muncul. “Yang ada pada kami hanya lima roti dan dua ikan, itu terlalu sedikit, tidak akan cukup untuk mereka.

Saudara/i… justru inilah yang sering membuat kita, membuat gereja berlelah-lelah, tapi tidak banyak faedahnya. Sebab kita hanya memikirkan dan mengerjakan yang mungkin saja, tidak memikirkan dan mengerjakan yang bermanfaat serta yang dibutuhkan orang.

Dan disinilah kita harus menghayati hal kedua yang hendak disampaikan melalui nats ini, yaitu bahwa Yesus berkuasa untuk memberi makan semua mereka, sampai kenyang. Yesus berkuasa menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Memang para murid itu harus memulai dengan yang kecil, yang sedikit itu, lima roti dan dua ikan; sebab itulah yang ada pada mereka. Ini hendak menegaskan bahwa Yesus bisa menggunakan apa yang tampaknya kecil dan tidak berarti itu, untuk melakukan hal besar. Anak laki-laki itu memberikan apa yang ia miliki, dan Tuhan memberkatinya.

Begitu juga Andreas menunjukkan, bahwa meski pun ia meragukan kecukupan dari sumber daya yang ada, namun ia tetap mempersembahkannya kepada Yesus. Ini adalah tindakan iman.

Ini sekaligus mau mengajak kita agar tidak hanya menggantungkan harapan kita pada apa yang kita miliki. Namun gantungkanlah harap pada kuasa Yesus. Biarkan kuasa Yesus yang bekerja. Maka yang sedikit yang ada pada kita itu akan cukup untuk semuanya. Melalui kerelaan kita untuk memberikan yang ada pada kita, maka Yesus menyatakan mujijatNya.

Itulah yang terjadi dalam nats ini. Yesus menyuruh orang banyak duduk. Ia mengambil roti, mengucap syukur, dan membagikannya kepada mereka yang duduk. Demikian juga dengan ikan-ikan, sebanyak yang mereka inginkan. Setelah semua kenyang, Yesus menyuruh murid-murid mengumpulkan sisa-sisa supaya tidak ada yang terbuang. Mereka mengumpulkan dua belas bakul penuh dari lima roti jelai yang tersisa.

Mujizat ini menunjukkan kuasa Yesus atas alam dan materi. Dia dapat memperbanyak makanan sehingga cukup untuk ribuan orang.

Bahkan Yesus tidak hanya menyediakan apa yang cukup, tetapi juga berlimpah. Dan sikap Yesus yang emnyuruh murid-muridnya untuk mengumpulkan makanan yang tersisa, ini juga hendak mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menghargai berkat dengan mengumpulkan sisa-sisa agar tidak ada yang terbuang.

Maka sekali lagi saudara/i, perikop ini mengajarkan kita tentang iman, ketergantungan pada Tuhan, dan bagaimana Tuhan bisa menggunakan hal-hal kecil untuk melakukan hal besar. Karena itu, kita diundang untuk memberikan apa yang kita miliki kepada Tuhan, percaya bahwa Dia dapat memberkati dan memperbanyaknya untuk memenuhi kebutuhan sebanyak mungkin orang.

Marilah kita belajar dari Yesus untuk selalu mengucap syukur, mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya, dan menghargai setiap berkat yang diberikan. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.


Doa Penutup: Kita berdoa! Terima kasih Ya Tuhan Allah yang penuh kasih, kami datang ke hadiratMu dengan hati penuh rasa syukur dan kagum,

atas mukjizatMu yang luar biasa, ketika Engkau memberi makan lima ribu orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Kami percaya bahwa dalam tanganMu yang penuh kuasa, segala keterbatasan berubah menjadi kelimpahan, segala kekurangan berubah menjadi berkat, segala ketidak-mungkinan menjadi mungkin. Kami percaya bahwa Engkau adalah sumber segala yang baik dan Engkau senantiasa memperhatikan kebutuhan kami.

Kami memohon, ya Tuhan, ajarilah kami untuk memiliki iman seperti anak kecil yang mempersembahkan bekalnya kepadaMu. Bantu kami untuk percaya bahwa Engkau dapat menggunakan apa yang kami miliki, betapapun kecilnya, untuk memberkati banyak orang.

Kami berdoa agar Engkau memberkati semua orang yang saat ini kekurangan, yang lapar dan haus, baik secara jasmani maupun rohani. Berikanlah kepada mereka kelimpahan dari kasih dan rahmatMu. Ajarlah kami juga untuk berbagi dengan sesama, mengikuti teladanMu dalam memberi dengan hati yang tulus dan penuh kasih. Kiranya kami selalu mengingat bahwa Engkau adalah Tuhan yang mencukupi segala kebutuhan kami, dan ajarlah kami untuk selalu bersyukur atas setiap berkat yang Engkau berikan. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.


Pdt. Rostetty Lumbantobing, S.Th- Kepala Biro Ibadah Musik HKBP

Pustaka Digital