Renungan Harian HKBP | 5 Oktober 2024

Saudara yang terkasih, sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan pada hari ini, marilah kita terlebih dahulu bersatu di dalam doa, kita berdoa!

 

Doa Pembuka: Bapa kami yang bertahta di Surga yang kudus, kami mensyukuri kehidupan dan anugerah yang Engkau berikan kepada kami sekali lagi di hari ini. Kami menyadari bahwa kami tidak akan dapat hidup apabila kami tidak terhubung dengan Engkau, karenanya topang dan bimbinglah kami untuk dapat menghidupi kehendak-Mu di dalam kami. Melalui perantaraan Putra-Mu yang kudus, kami berdoa dan memohon kepada-Mu. Amin.

 

Bapak, ibu dan saudara terkasih, Firman Tuhan yang menyapa kita pada hari ini tertulis dalam Injil Lukas 13:17, demikian Firman-Nya:

“Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.”

 

Beberapa hari yang lalu saya baru menyaksikan sebuah video yang sangat menyedihkan di aplikasi X (Dahulu Twitter) yang menampilkan sebuah peristiwa kecelakaan motor di daerah BSD, Tangerang. Dalam video tersebut terdapat seorang pengendara motor yang terjatuh hingga tidak sadarkan diri. Hal yang juga sangat mengerikan dalam video itu adalah orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian tetap beraktifitas seperti biasa seolah-olah mereka tidak melihat atau mendengar kecelakaan itu.

Jemaat terkasih, dalam masa modern ini salah satu penyakit yang sering menjangkit orang banyak adalah individualism dan hal ini sangatlah dibenci oleh Yesus. Dalam Lukas 13:10-17 diceritakan bahwa Yesus melakukan penyembuhan kepada orang sakit pada hari Sabat. Dalam kisah itu kepala rumah ibadat keberatan terhadap apa yang dilakukan oleh Yesus. Menurutnya penyembuhan bisa saja dilakukan oleh Yesus di hari lain dan tidak seharusnya dilakukan pada hari Sabat. Dalam pemahaman Yahudi, hari Sabat adalah hari beristirahat sehingga dalam hemat mereka Yesus sebaiknya tidak melakukan penyembuhan pada hari itu. Meski memiliki kebiasaan yang demikian, orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan di mana mereka akan melepaskan hewan-hewan ternak mereka yang dikurung di dalam kandang pada hari Sabat dan membawa mereka ke tempat minuman. Yesus menggunakan hal ini sebagai contoh terhadap hal yang sedang mereka perdebatkan. Yesus menjelaskan bahwa hewan-hewan saja dilepaskan dari ikatan mereka, diberi makan dan minum pada hari Sabat, masakan seorang yang diikat oleh iblis dan menjadi sakit tidak layak untuk dilepaskan dan diangkat beban penyakitnya? Bagi Yesus, tindakan tidak memedulikan orang lain yang sedang kesulitan dan menderita adalah sebuah kekejian.

Jemaat terkasih, sebagai manusia kita adalah orang-orang yang penuh dengan kelemahan dan penderitaan, karenanya tindakan untuk saling berbuat kasih dan saling tolong-menolong sudah seharusnya ada di dalam benak kita setiap hari dan setiap saat.

Dewasa ini kita sering kali ‘terjebak’ menjadi orang-orang yang tidak saling peduli dan peka terhadap kesusahan, kesengsaraan, penderitaan orang lain. Karenanya Firman Tuhan mengingatkan kita pada hari ini agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia. Orang-orang percaya haruslah menjadi perantara kehadiran Allah di tengah-tengah dunia ini. Kehadiran Allah melalui diri kita tidak harus dilakukan dengan cara-cara yang besar dan megah, melainkan bisa dilakukan dengan cara yang kecil dan sederhana. Menjadi orang yang penuh kepeduliaan terhadap semua ciptaan-Nya adalah cara kita menghadirkan Allah di tengah-tengah dunia ini. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk melakukan Firman-Nya. Amin. Kita berdoa!

Doa Penutup: Bapa kami yang di Surga, terima kasih atas Firman-Mu yang telah menyapa kami pada hari ini. Engkau tahu ya Tuhan bahwa kami sering kali jatuh dalam sikap-sikap egois dan hanya mementingkan diri kami sendiri, karena itu kami memohon ampun kepada-Mu atas dosa yang melingkupi kami selama ini dan sebaliknnya mampukan kami ya Bapa untuk menjadi orang-orang yang penuh kasih dan kepedulian terhadap sesama kami setiap hari. Kami adalah makhluk yang lemah, karena itu kuatkanlah kami ya Tuhan untuk menjadi pelaku Firman-Mu. Kami menyerahkan hidup kami hari ini dan selamanya di dalam tangan pengasihan-Mu. Di dalam Kristus Yesus kami berdoa dan bersyukur kepada-Mu. Amin.


Pdt. Cintya Crisna Pardede, M.Th - Pendeta Fungsional di Biro TIK HKBP

Pustaka Digital