Renungan Harian HKBP | 23 September 2024

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu pagi ini dengan Firman Tuhan. Mari kita berdoa!

Doa Pembuka: Tuhan Yesus Pelindung kami. Kami bersyukur atas berkat hari baru yang Engkau berikan untuk kami. Bekali kami dengan Firman-Mu yang kami nantikan setiap harinya, agar kami mampu menjalani hari baru ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam

Zefanya 3:7 

Aku sangka: Tentulah ia sekarang akan takut kepada-Ku, akan mempedulikan kecaman dan segala yang Kutugaskan kepadanya tidak akan lenyap dari penglihatannya. Tetapi sesungguhnya mereka makin giat menjadikan busuk perbuatan mereka.


  Hal yang diharapkan Allah atas bangsa Israel sebelum dibuang adalah bangsa tersebut kembali takut kepada-Nya, peduli terhadap apapun perintah-Nya, dan mengerjakannya. Namun, dari banyaknya nabi yang sudah memberi kecaman kepada bangsa Israel, termasuk Zefanya, mereka tetap melakukan perbuatan busuk mereka. Surat Zefanya adalah sedikit bentuk kekesalan Allah kepada bangsa kesayangan-Nya yang sudah berulang kali ditegur melalui banyak nabi, tetapi tidak ada perubahan yang bertahan lama. Saat para pemimpin yang menjalankan perintah Tuhan menyelesaikan kepemimpinannya, penerusnya malah menyimpang dari jalan Tuhan. Kesetiaan pemimpin bangsa Israel kepada Tuhan pun membawa pengaruh kepada kesetiaan bangsa Israel. Saat kepemimpinan setia kepada Tuhan, bangsa itu setia dan mengikuti jalan Tuhan. Dan saat pemimpinnya durhaka, bangsanya pun ikut durhaka sejalan dengan pemimpin mereka.

 Dari ayat ini, kita bisa melihat apa yang menjadi ekspektasi dan realita bangsa Israel. Ekspektasinya adalah seseorang yang dikecam akan dihukum karena berbuat salah seharusnya bertobat dan tidak mengulangi kesalahannya. Jika realita yang terjadi adalah mereka yang dikecam dengan hukuman tidak berubah, malahan semakin giat dengan pelanggarannya, Sang Pengatur pastinya akan marah dan menjadikan hukuman itu nyata untuk mereka sebagai pembuktian keadilan-Nya. Hukuman menjadi jawaban dari ketidaktaatan, pembuktian keadilan Allah, dan cara bagi bangsa-Nya untuk belajar bahwa rasa sayang juga ditunjukkan dari hukuman yang membuat mereka dan keturunan mereka belajar menjadi lebih baik dan semakin setia kepada Allah yang mampu menghukum dan menyelamatkan.

 Lalu, dari manakah kita bisa belajar tentang apa yang menjadi ekspektasi Allah atas kita, umat-Nya? Dengan membaca serta mengenali Firman Tuhan lewat pedalaman Alkitab. Mencari tahu apa yang benar di mata Tuhan dan melakukan-Nya adalah tugas kita sebagai ciptaan dan umat-Nya yang setia. Kesetiaan kita dalam mencari tahu tentang Allah dan setiap pesannya adalah ekspektasi Allah yang tertulis dalam Alkitab sebagai cara menunjukkan bakti kita atas kebaikan dan setiap berkat-Nya. Selain itu, kesetiaan kita menjadi ukuran untuk menilai kita apakah kita mampu menjaga janji keselamatan yang sudah Allah berikan melalui kasih-Nya di dalam pengorbanan Yesus Kristus. Kita pun pastinya membaca dan mengetahui bahwa mereka yang tidak setia tidak beroleh janji keselamatan itu dan berada dalam kematian kekal, yang kita kenal sebagai neraka.

 Pertanyaannya kepada kita adalah ketika kita sudah belajar dan mengetahui apa yang benar dan salah, apakah kita masih tetap melakukan apa yang salah meski ada hukuman yang sudah pasti akan kita terima. Masihkah kita melakukan apa yang dilarang Tuhan saat kita sudah jelas mengetahui tentang hukuman kekal atas setiap kejahatan kita? Yesus sendiri menjelaskan tentang neraka, tempat penghukuman yang berisi ratap dan kertak gigi. Allah selalu setia menanti bangsa Israel pulang ke dalam pelukan Allah dan menjalani setiap perintah Tuhan dengan setia. Buktinya, Allah mengirimkan banyak nabi untuk mengingatkan bangsa Israel agar kembali kepada Allah. Hal itu juga berlaku untuk kita saat ini. Akan tetapi, maukah kita saat ini pulang ke dalam pelukan Allah yang dengan setia menanti kita? Ataukah kita malah semakin rajin melanggar perintah Tuhan dan menantikan hukuman-Nya sebagaimana yang dirasakan bangsa Israel? Mari memilih menjadi setia kepada Allah, karena Allah selalu setia menanti kita. Amin.

Doa Penutup: Bapa di dalam Sorga, kami belajar bahwa Engkau selalu menjaga dan mengharapkan keselamatan kami. Engkau tidak berharap akan kejatuhan umat-Mu, baik bangsa Israel maupun kami. Engkau menghadirkan para nabi untuk menegur bangsa Israel dan orang-orang sekitar kami untuk menasehati kami. Ajar dan ingatkan kami selalu agar kami selalu setia menjalani setiap jalan yang Engkau minta untuk kami lalui. Bimbing kami agar tidak jatuh ke dalam dosa, lepas dari-Mu, dan kehilangan keselamatan yang Engkau janjikan. Dalam nama Yesus, kami berdoa.

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kita sekalian. Amin.

C.Pdt. Maranata Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP II di Kantor Biro SMIRNA HKBP

Pustaka Digital