Renungan Harian HKBP | 13 November 2024
Doa Pembuka: Allah Bapa Kami yang berada di kerajaan Surga, kami sungguh berterima kasih kepada-Mu karena begitu besar kasih-Mu yang dapat kami rasakan di dalam kehidupan kami saat ini. Ya Allah, sebentar lagi kami akan mendengar Firman-Mu, berkatilah hati dan pikiran kami, agar kami bisa mengerti Firman-Mu serta melakukannya di dalam kehidupan kami. Terima kasih Tuhan, Di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Nas Renungan: Kejadian 45:24
”Kemudian ia melepas saudara-saudaranya serta berkata kepada mereka: ”Janganlah berbantah-bantah di Jalan.”
Pelukan Kepada Saudaranya adalah Bukti Cinta Kasih Yusuf
Bapak-Ibu, bagaimana ketika kita merasakan apa yang dirasakan oleh Yusuf? Mungkin, kita akan susah untuk memaafkan saudara-saudara kita, ketika kita sendiri dijual kepada orang lain. Tidak ada kata maaf mungkin terucap pada kita, kalau kita merasakan apa yang dirasakan oleh Yusuf. Bahkan dalam pikiran kita, kapan kita bisa membalaskan dendam yang sudah terpendam itu kepada saudara-saudara kita. Akan tetapi, Bapak-Ibu dalam Firman ini, berbanding terbalik yang dilakukan oleh Yusuf. Mengapa demikian?
Kisah Yusuf ini tidak terlepas dari kisah yang begitu tragis dalam kitab Kejadian ini. Kisah yang menjelaskan bagaimana makna pertobatan yang sesungguhnya. Kisah ini bermula ketika Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya, karena mimpinya. Saat masih berusia 17 tahun, Yusuf telah menerima visi Tuhan melalui mimpi. Pertama mimpinya, Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu. Mimpi ini dibalas oleh saudaranya dengan lantang mengatakan, ”Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?” (Kej. 37:5-8). Mimpi kedua Yusuf ialah ”Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku.” Dan saudaranya semakin muak dengan apa yang dikatakan oleh Yusuf tersebut dan sampai ketika Yusuf disuruh oleh ayahnya Yakub untuk melihat saudara-saudaranya yang sedang berada di padang untuk menggembalakan kambing domba. Setelah bertemu dengan saudar-saudaranya tersebut, Yusuf malah dimasukkan ke dalam lubang sumur yang kering, dan saudara-saudaranya berpikir, apakah akan membunuh Yusuf? Dan mereka memutuskan untuk menjualnya ke tanah Mesir sebagai budak.
Saudara-saudaranya pun berbohong kepada ayahnya dan mengatakan bahwa Yusuf telah dibunuh oleh hewan buas, dan ternyata mereka malah menjualnya. Ketika Yusuf berada di Mesir, ia malah diberkati oleh Tuhan sehingga dia menjadi kesayangan di rumah Potifar dan mendapatkan kepercayaan segala yang ada dirumahnya. Sampai ketika ia dimasukkan ke penjara karena fitnah dari potifar. Sampai pada waktunya, Yusuf yang dapat menafsir berbagai mimpi, ia pun dipanggil oleh Firaun untuk menafsir mimpinya. Dan ia pun berhasil menafsirnya. Setelah datang bencana kelaparan, bertemulah Yusuf dengan saudara-saudaranya yang datang ke Mesir karena bencana kelaparan tersebut. Perjumpaan itupun ternyata diluar dugaan, mengapa demikian? Yusuf bukan menampilkan emosinya, melainkan kasih. Kasih yang berupa pelukan kepada saudara-saudaranya ketika berjumpa langsung dengan saudara-saudaranya. Yusuf tidak marah kepada saudara-saudaranya, tetapi sudah terlebih dahulu memaafkan mereka. Bahkan dikatakan dalam teks ini, ketika mereka diberikan dengan sepuluh ekor keledai betina, dimuati dengan gandum dan roti dan makanan untuk ayahnya dalam perjalanan, Yusuf pun dengan gembira mengatakan ”Janganlah berbantah-bantah di jalan” mungkin yang ingin dikatakan seperti jangan berantam di jalan.
Yusuf menampilkan sosok saudara yang baik kepada mereka. Tidak emosi dan dengki karena perbuatannya. Melainkan sebaliknya ia bisa sabar atas apa yang sudah dilakukan kepadanya. Inilah yang bisa kita pelajari dari teks ini Bapa-Ibu, pelukan terhadap saudara-saudaranya simbol yang sangat berarti karena melaui itulah pancaran kasih sayangnya diberikan kepada saudara-saudaranya. Kita pun demikian, harus mempunyai kasih yang begitu besar yang mau memaafkan perbuatan orang lain kepada kita.
Doa Penutup: Ya Allah Bapa yang bertahta di dalam kerajaan Surga, terima kasih Tuhan atas firman Mu yang Engkau berikan kepada kami, kiranya kami dikuatkan menjadi seorang yang mau membantu orang lain di dalam kehidupan kami sehari-hari, dan kami dikuatkan untuk menjalaninya di dalam kehidupan kami. Kami sadar bahwa Allahlah yang bekerja dalam hidup kami. Kiranya Engkau selalu memberikan damai sejahtera kepada kami dalam kehidupan kami sehari-hari. Terima kasih Tuhan, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus. Amin.
C.Pdt. Philip T. Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP II di Kantor Departemen Marturia HKBP